Pagi menggeliat diantara cericit burung gereja di halamanku. Mentari tanpa malu-malu menyemburkan semua sinarnya di pelataran yang ditumbuhi rumput liar... hangat sampai ke ubun-ubun. Setia sekali mereka, sejak dilahirkannya bumi, hingga setua ini merka akur tanpa pernah absen dan malas....
Ha haai... beda sekali dengan jenis makhluk yang katanya paling cerdas ini... aku kenalkan, namanya m-a-n-u-s-i-a. Alasannya malas karena manusia dikaruniai hati dan emosi... ada perasaan, ada marah, ada kesal hingga rasa ingin menang sendiri... (ngga pernah tuh terdengar ingin menang rame-rame....). Rasa ke-akuan pada makhluk yang satu ini sangat tinggi.... buktinya, bila ada kontes, lomba... pasti dijubeli oleh peminat... salah satunya itu karena ingin menjadi yang terbaik... menjadi orang yang terbaik... ingin membuktikan pada dunia... bahwa akulah yang terbaik.....
Dalam sebuah kontes, akan diadu mana yang terbaik diantara peserta. Semakin pintar seseorang mempresentasikan, berargumentasi hingga bukti-bukti "otentik" berupa kumpulan data diatas kertas berupa fortofolio akan dibandingkan, dinilai--juga oleh juri--yang juga terdiri dari manusia terdidik--- maka terpilihlah seorang yang paling pintar, paling cerdas dalam menjawab pertanyaan juri hingga inovasi yang "katanya" dilakukan seorang juara, tanpa pernah sang juri turun ke lapangan, apakah benar "sang juara" benar melakukan itu sendiri atau dia hanya pandai memesona sang juri dengan rangkaian kata-kata indah....
Seorang juara adalah seorang yang paling hebat diantara para kandidat
Seorang juara adalah orang-orang yang berjasa dalam dunia yang digelutinya....
hai- hai.... itu menurut penilaian juri...
acungan jempol untuk para juara...
manusia-manusia hebat!
otaknya benar-benar di pake untuk kemaslahatan
bukan cuma digunakan untuk mengkhayal....
Hmmmhhh... adalah sangat hebat bagi seorang juara sejati
bila ia memang orang yang memperjuangkan sesuatu....
membuat yang dahulu tak ada menjadi ada,
membuat konsep, membuka sebuah program dan membimbing anak manusia atau apapun...
ibarat membuka lahan...
seorang juara sejati adalah orang yang mempunyai ide besar...
membuat konsep pembukaan lahan, membuka lahan baru... membersihkan lahan dari rumput liar
mengolah tanah sebelum ditanami
menyiapkan bibit, menyeleksinya dengan hati-hati... menanamnya saat diujung musim penghujan
merawat bibit hingga bermunculan daun-daun baru... menyiangi gulma,
menyiraminya pagi dan petang... menjaganya dari serangan hewan,
ah seorang juara sejati adalah orang yang selalu ada disaat daun-daun membutuhkan siraman air...
selalu ada disaat ulat lapar menggerogoti hijaunya daun.... hai... sigapnya ia menyentil .... jangan ganggu tanamanku.... ahai-hai.... juara sejati selalu ada disaat tanaman membutuhkan sentuhannya.
Alkisah ini dinegeri antah berantah,
seorang manusia menjaga tanamannya itu sampai tumbuh besar dan muncul bunga yang indah.... aromanya memancing kumbang untuk menyerbukkan kuntum-kuntum bunga itu. Tetesan airmata bahagia membasahi pipinya.... ia berharap-harap cemas....
Ah... saat mahkota bunga mulai kering lalu muncul buah-buah kecil.... aha.... subhanallah...
manari-nari ia ... diajaknya ia berbicara, selamat datang dinegeri penuh kebahagiaan buah kecilll...
Hmmm... hari berlalu dengan begitu cepat...
kabar akan buah-buah yang mulai tumbuh besar menarik banyak perhatian.
banyak petani yang bertanya.... apa, bagaimana, ho ho ho....
sang manusia menjawabnya dengan bangganya.... ahai-hai.... aku mulai akan panen raya kira-kira dua tahun lagi.... mungkin, kalo sekarang masih belajar berbuah... sumringahnya ia.....
dihubunginya banyak supermarket.... promosilah ia, dua tahun lagi saya punya ratusan, hingga ribuan buah macam ini... harganya murah.... cobalah.... gratis ... manis bukan?....
berapa karton bapak pesan?.... untuk bulan-bulan ini saya promosikan dengan harga murah... supaya masyarakat mengenal produk saya.... mari-mari beli...
Aha.... bahagianya ia, terbayang kelelahannya akan terbayar oleh ranumnya buah,
sujud syukur ia atas segala anugrah ini....
Menjelang ranumnya ratusan buah .... disaat ia menyiapkan keranjang .... disaat ia bernyanyi mengkhayalkan buah yang begitu banyak.... aha...
luasnay lahan... hijau dihiasi merah buah terbayang-bayang....
hmmmhhh malam mengantarkannya pada mimpi yang indah.... tentang kelelahannya yang akan terbayar oleh ranumnya buah.... mimpi memanen adalah hal biasa buatnya....
Manusia bisa berencana, tapi Alloh yang menentukan,
Mimpi, tinggallah mimpi....
disuatu hari di bulan X tahun XXXX
badai telah menyapu habis lahan pertaniannya....
Badai merasa lebih berhak memanen buah-buah ranum itu...
dan menghancurkan mimpi-mimpi indah seorang manusia....
Innalillaaahi Waniina Ilaihi Rojiun
..... duh...
.......................
Bumi sempat berhenti berputar,
apakah ini hanya mimpi?
Angin bertepuk tangan
mentari bersedih dengan cucuran hujannya yang membanjir
siapakah aku ini dibandingkan badai?
ia punya kekuatan yang dahsyat.....
Astagfiruloohal adziiiiim
hatinya bagai tergores sembilu... perih tak terkira....
luka yang begitu dalam, sempat membuatnya malas untuk melihat mentari.... ah mentari... kau membohongiku.... bulan ini seharusnya tak ada badai bukan?.... ah angin.... kau menipu ku... kau bilang semilirmu akan baik untuk pernafasan daun-daunku... ah tanah... mengapa kau tak tahu ... aku telah membebaskanmu dari akar tanaman liar bertahun lalu, menggemburkanmu siang malam, memupukmu sampai kusiangi gulma diterik mentari.... aha.... mengapa....
disaat sulit begini, sang manusia harus menghadapinya sndiri.... hanya sendiri.... tak ada semilir, hangat mentari, aha..... pedihnya hati dibawanya merenenung sendiri.... hanya sendiri.
Ada konsep yang hanya manusia yang tahu, disaat senang maka akan banyak sekali teman yang datang, akan tetapi disaat susah, teman bisa menjadi lawan... mencibir hingga sumpah serapah membela badai yang begitu hebat......
Astagfiruloohal adziiim
Ya Alloh... saat ini aku memang hanya punya sisa-sisa buah yang mulai membusuk...
aku tak kuat melihat lahanku lagi Tuhan...
Aku akan berkemas meninggalkan lahan yang telah bertahun-tahun kutinggali...
selama nafas masih Engkau berikan Ya Robb
selama itu pula kesempatan memulai akan selalu ada...
Sang manusia bersimpuh di bawah pohon besar...
Aku akan pergi....
Aku memang bukanlah seorang pemenang... apalgi juara dibandingkan badai...
tapi aku bahagia pernah berbuat bagi lahan ini....
kutinggalkan sisa-sisa tanaman ini untuk petani yang telah kudidik...
silahkan bapak olah tanaman ini... semua konsep, sudah aku ajarkan bukan?
Aku akan brenagkat pergi...
dan takkan menengok kebelakang lagi
Sayatan luka itu takkan mengering,
tetapi hidup harus terus berjalan... selagi nafas masih diberikan oleh Tuhan, selama itu pula kesempatan terbuka lebar....
Nah saudara... menurutmu, apakah sang manusia ini seorang juara sejati?....
ataukah badai yang dengan gagahnya "memanen" buah yang ranum2
padahal... sang badai... gabungan antara hujan dan angin yang membabi buta... selama bertahun-tahun adalah teman sang manusia dalam membangun mimpi... angin nan semilir membantu pernafasan daun-daun... sang hujan membasahi lahan... memberi nutrisi bafi tanaman hingga besar....
Badai merasa berhak atas ranumnya buah itu.
Sebuah pelajaran yang sangat berharga dari sebuah kisah nyata di negeri antah berantah.... sungguh-sungguh nyata.
Hmmmhhhh
2 Ramadhan/2 Agustus 2011
Ha haai... beda sekali dengan jenis makhluk yang katanya paling cerdas ini... aku kenalkan, namanya m-a-n-u-s-i-a. Alasannya malas karena manusia dikaruniai hati dan emosi... ada perasaan, ada marah, ada kesal hingga rasa ingin menang sendiri... (ngga pernah tuh terdengar ingin menang rame-rame....). Rasa ke-akuan pada makhluk yang satu ini sangat tinggi.... buktinya, bila ada kontes, lomba... pasti dijubeli oleh peminat... salah satunya itu karena ingin menjadi yang terbaik... menjadi orang yang terbaik... ingin membuktikan pada dunia... bahwa akulah yang terbaik.....
Dalam sebuah kontes, akan diadu mana yang terbaik diantara peserta. Semakin pintar seseorang mempresentasikan, berargumentasi hingga bukti-bukti "otentik" berupa kumpulan data diatas kertas berupa fortofolio akan dibandingkan, dinilai--juga oleh juri--yang juga terdiri dari manusia terdidik--- maka terpilihlah seorang yang paling pintar, paling cerdas dalam menjawab pertanyaan juri hingga inovasi yang "katanya" dilakukan seorang juara, tanpa pernah sang juri turun ke lapangan, apakah benar "sang juara" benar melakukan itu sendiri atau dia hanya pandai memesona sang juri dengan rangkaian kata-kata indah....
Seorang juara adalah seorang yang paling hebat diantara para kandidat
Seorang juara adalah orang-orang yang berjasa dalam dunia yang digelutinya....
hai- hai.... itu menurut penilaian juri...
acungan jempol untuk para juara...
manusia-manusia hebat!
otaknya benar-benar di pake untuk kemaslahatan
bukan cuma digunakan untuk mengkhayal....
Hmmmhhh... adalah sangat hebat bagi seorang juara sejati
bila ia memang orang yang memperjuangkan sesuatu....
membuat yang dahulu tak ada menjadi ada,
membuat konsep, membuka sebuah program dan membimbing anak manusia atau apapun...
ibarat membuka lahan...
seorang juara sejati adalah orang yang mempunyai ide besar...
membuat konsep pembukaan lahan, membuka lahan baru... membersihkan lahan dari rumput liar
mengolah tanah sebelum ditanami
menyiapkan bibit, menyeleksinya dengan hati-hati... menanamnya saat diujung musim penghujan
merawat bibit hingga bermunculan daun-daun baru... menyiangi gulma,
menyiraminya pagi dan petang... menjaganya dari serangan hewan,
ah seorang juara sejati adalah orang yang selalu ada disaat daun-daun membutuhkan siraman air...
selalu ada disaat ulat lapar menggerogoti hijaunya daun.... hai... sigapnya ia menyentil .... jangan ganggu tanamanku.... ahai-hai.... juara sejati selalu ada disaat tanaman membutuhkan sentuhannya.
Alkisah ini dinegeri antah berantah,
seorang manusia menjaga tanamannya itu sampai tumbuh besar dan muncul bunga yang indah.... aromanya memancing kumbang untuk menyerbukkan kuntum-kuntum bunga itu. Tetesan airmata bahagia membasahi pipinya.... ia berharap-harap cemas....
Ah... saat mahkota bunga mulai kering lalu muncul buah-buah kecil.... aha.... subhanallah...
manari-nari ia ... diajaknya ia berbicara, selamat datang dinegeri penuh kebahagiaan buah kecilll...
Hmmm... hari berlalu dengan begitu cepat...
kabar akan buah-buah yang mulai tumbuh besar menarik banyak perhatian.
banyak petani yang bertanya.... apa, bagaimana, ho ho ho....
sang manusia menjawabnya dengan bangganya.... ahai-hai.... aku mulai akan panen raya kira-kira dua tahun lagi.... mungkin, kalo sekarang masih belajar berbuah... sumringahnya ia.....
dihubunginya banyak supermarket.... promosilah ia, dua tahun lagi saya punya ratusan, hingga ribuan buah macam ini... harganya murah.... cobalah.... gratis ... manis bukan?....
berapa karton bapak pesan?.... untuk bulan-bulan ini saya promosikan dengan harga murah... supaya masyarakat mengenal produk saya.... mari-mari beli...
Aha.... bahagianya ia, terbayang kelelahannya akan terbayar oleh ranumnya buah,
sujud syukur ia atas segala anugrah ini....
Menjelang ranumnya ratusan buah .... disaat ia menyiapkan keranjang .... disaat ia bernyanyi mengkhayalkan buah yang begitu banyak.... aha...
luasnay lahan... hijau dihiasi merah buah terbayang-bayang....
hmmmhhh malam mengantarkannya pada mimpi yang indah.... tentang kelelahannya yang akan terbayar oleh ranumnya buah.... mimpi memanen adalah hal biasa buatnya....
Manusia bisa berencana, tapi Alloh yang menentukan,
Mimpi, tinggallah mimpi....
disuatu hari di bulan X tahun XXXX
badai telah menyapu habis lahan pertaniannya....
Badai merasa lebih berhak memanen buah-buah ranum itu...
dan menghancurkan mimpi-mimpi indah seorang manusia....
Innalillaaahi Waniina Ilaihi Rojiun
..... duh...
.......................
Bumi sempat berhenti berputar,
apakah ini hanya mimpi?
Angin bertepuk tangan
mentari bersedih dengan cucuran hujannya yang membanjir
siapakah aku ini dibandingkan badai?
ia punya kekuatan yang dahsyat.....
Astagfiruloohal adziiiiim
hatinya bagai tergores sembilu... perih tak terkira....
luka yang begitu dalam, sempat membuatnya malas untuk melihat mentari.... ah mentari... kau membohongiku.... bulan ini seharusnya tak ada badai bukan?.... ah angin.... kau menipu ku... kau bilang semilirmu akan baik untuk pernafasan daun-daunku... ah tanah... mengapa kau tak tahu ... aku telah membebaskanmu dari akar tanaman liar bertahun lalu, menggemburkanmu siang malam, memupukmu sampai kusiangi gulma diterik mentari.... aha.... mengapa....
disaat sulit begini, sang manusia harus menghadapinya sndiri.... hanya sendiri.... tak ada semilir, hangat mentari, aha..... pedihnya hati dibawanya merenenung sendiri.... hanya sendiri.
Ada konsep yang hanya manusia yang tahu, disaat senang maka akan banyak sekali teman yang datang, akan tetapi disaat susah, teman bisa menjadi lawan... mencibir hingga sumpah serapah membela badai yang begitu hebat......
Astagfiruloohal adziiim
Ya Alloh... saat ini aku memang hanya punya sisa-sisa buah yang mulai membusuk...
aku tak kuat melihat lahanku lagi Tuhan...
Aku akan berkemas meninggalkan lahan yang telah bertahun-tahun kutinggali...
selama nafas masih Engkau berikan Ya Robb
selama itu pula kesempatan memulai akan selalu ada...
Sang manusia bersimpuh di bawah pohon besar...
Aku akan pergi....
Aku memang bukanlah seorang pemenang... apalgi juara dibandingkan badai...
tapi aku bahagia pernah berbuat bagi lahan ini....
kutinggalkan sisa-sisa tanaman ini untuk petani yang telah kudidik...
silahkan bapak olah tanaman ini... semua konsep, sudah aku ajarkan bukan?
Aku akan brenagkat pergi...
dan takkan menengok kebelakang lagi
Sayatan luka itu takkan mengering,
tetapi hidup harus terus berjalan... selagi nafas masih diberikan oleh Tuhan, selama itu pula kesempatan terbuka lebar....
Nah saudara... menurutmu, apakah sang manusia ini seorang juara sejati?....
ataukah badai yang dengan gagahnya "memanen" buah yang ranum2
padahal... sang badai... gabungan antara hujan dan angin yang membabi buta... selama bertahun-tahun adalah teman sang manusia dalam membangun mimpi... angin nan semilir membantu pernafasan daun-daun... sang hujan membasahi lahan... memberi nutrisi bafi tanaman hingga besar....
Badai merasa berhak atas ranumnya buah itu.
Sebuah pelajaran yang sangat berharga dari sebuah kisah nyata di negeri antah berantah.... sungguh-sungguh nyata.
Hmmmhhhh
2 Ramadhan/2 Agustus 2011